Kutemukan sabar itu

Kutemukan sabar itu

100_1591 Hidup ini tak pernah menjajikan apa – apa, hidup tak pernah berubah walau orang bilang hidup itu bagaikan roda yang berputar kadang kita berada diatas, kadang kita bisa berada dibawah. Tapi aku tak pernah merasakan berada diatas hidupku selalu berada dibawah.

Seharian sudah aku duduk didepan toko Apotik Musirawas menunggu pelanggan untuk menyemirkan sepatunya kepadaku tapi tak satupun orang yang menyemirkan sepatu atau sandalnya padaku. Ya hidup ini sangat ironis yang harus aku jalani dan kuperjuangkan demi mendapatkan sesuap nasi, mungkin hari ini belum rezeki aku untuk mendapatkan yang lebih aku, tapi jika hari ini aku nggak mendapatkan uang sepeserpun “makan apa kami nanti malam?” dengan melihat kondisi kakakku yang tak mampu untuk berjalan karena kelumpuhan yang dideritanya sejak ia kecil sehinggga ia tak mampu untuk berbuat apa – apa kecuali pekerjaan rumah itupun aku tak tega melihatnya. tapi semangat untuk bertahan hidup dalam dirinya sangat besar sehingga ia bisa menerima cobaan ini dengan hati yang ikhlas. Huuh….kuhembuskan nafasku dengan keras dan mengernyitkan dahiku sambil memikirkan bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang untuk membeli makanan untuk mengisi perut kami nanti malam, eeemmm…aku punya ide bagaimana kalau aku membantu orang nurunin sayuran dari mobil di pasar inpres pasti aku akan mendapatkan uang dan bisa membeli makanan yang bisa kami makan nanti malam.

Seorang anak SMP sepertiku seharusnya tak layak sering berkeliaran dipasar seharusnya aku bermain dengan teman sebayaku dan belajar tapi hidup yang menuntutku seperti ini mau tidak mau aku harus menjalaninya. Kubuang jauh – jauh pikiran untuk bermain, yang harus aku lakukan membuat kakakku bahagia dan melihatnya selalu tersenyum ketika menyambutku pulang..! Kulihat banyak orang berlalu lalang didepan toko Sinar Baru ada seorang ibu – ibu yang membawa banyak belanjaannya sepertinya ia sendirian aku tak tega melihatnya dan bergegas menghampirinnya.

Mau dibantuin membawa belanjaannya bu?

Oh ya boleh dek, tolong bawain sampai ketempat tukang ojek yang paling ujung itu ya dek.

“iya” bu’ akupun langsung pergi membawa belanjaan ibu itu ke tukang ojek yang ditunjukannnya.

Ini dek buat kamu…

Nggak usah bu’ niatku hanya menolong ibu kok!

Ambil aja dek buat jajan kamu nggak baik nolak rejekin

“ya” makasih bu… ia itupun berlalu pergi bersama tukang ojeknya, Alhamdulliah saat seperti sekarang ini masih ada saja orang baik, lumayan pemberian ibu itu bisa mengisi perut kami nanti malam.

Niat untuk membantu orang – orang menurunin sayuran di psar inpres aku urungkan, karena aku bisa pulang larut malam pasti kakakku mengkhawatirkan aku. Akupun langsung belok arah menuju rumah sakit sobirin, melintasin rel kereta api karena rumah kami berada di mesat jaya dengan tanpa alas kaki aku menapakin rel kereta yang berbatuan karena sudah terbiasa rasa sakit goresan batu tak lagi aku rasakan malah akku sangat menikmati berjalan diatas rel kereta api. Kupandang langit sudah tertutup awan hitam sepertinya hujan akan turun aku harus cepat sampai rumah kalau nggak kakakku pasti akan menangis lagi, dengan berlarian kecil dan kotak semir yang ada di belakangku aku harus sampai rumah hujan turun.

Asalamua’alikum wr.wb

Nggak ada jawaban dari dalam mungkin kakakku tertidur, ternyata benar ia sedang tidur sepertinya ia kecapean apa yang ia lakukan seharian hingga ia begitu letih. Sudah aku bilang jangan mengerjakan hal yang membuatnya letih, akupun membangunkannya untuk shalat magrib terlebih dahulu.

Ada apa del? Kamu baru pulang ya’

“iya” kak! Ne fadel membawa makanan, sebelum makan kita itu sholat dulu nanti baru kita makan bareng dan tidurnya nanti dilanjutkan lagi. Karena tempat tidur kami hanya beralaskan tikar yang hanya satu lembar jadi kakakku nggak perlu turun naik dan itupun mempermudahkan dia untuk bergerak. Ia pun langsung mengambil air wudhu, karena ia nggak ada mukena ia pun sholat hanya menggunakan sarung yang dibuat seperti ninja. Setelah ia mengambil wudhu akupun mandi dan setelah itu langsung sholat.

Kak’ irma siapa yang cuci baju fadel kok sudah bersih semua?

“Kakak del”, kamu tinggal jemur saja besok. Del walau kakak lumpuh kakak nggak mau menjadi orang yang tak “berguna” kakak hanya ingin meringankan beban kamu.

Ya, sudah kak!!… kalau itu bisa membuat kakak senang kerjakanlah kak, karena fadel hanya ingin membuat kakak selalu tersenyum.

Makan dulu yuk, tadi aku beli nasi bungkus buat kita berdua.

Yuk! Del coba orang tua kita masih hidup mungkin keadaan kita nggak seperti ini ya’

Sudahlah kak nggak usah dipikirin lagi yang penting kita hadapin hidup ini berdua dan selalu berdo’a buat mereka berdua. Kamu ada PR nggak del? “tanyanya”

Ada kak, “PR menggambar”

Mau ditemenin nggak,

Nggak kak, kakak tidur duluan juga nggak apa – apa…

Kuambil alat menggambarku, aku mulai berpikir apa yang akan aku gambar akupun menoleh kakakku yang bisa menjadi sumber inspirasiku. Kenapa pikiranku sama sekali tak bekerja dengan baik, akupun hanya mencoret – coret buku gamabarku karena kesal hingga membentuk suatu bundaran roda, ya Allah ini seperti roda tapi roda apa yang akan aku gambar nanti aku malah jadi bahan tertawaan temen – temen, kulihat lagi kakakku. Kenapa aku gak menggambar sebuah kursi roda buat kakakku sekalian orangnya, ya kenapa tidak aku lakukan itu. Akupun mulai menggambar, aku memang termasuk murid yang paling pandai dikelasku apalagi soal lukis melukis aku juaranya tak ada yang bisa menandingi lukisanku ataupun gambaranku karena itu guru kesenianku selalu mengikut sertakan aku dalam seuatu perlombaan lukis apalagi ini mau hari kartini dinas pariwisata akan mengadakan lomba lukis melukis pasti aku diikutsertakan dalam perlombaan seni lukis lumayan uang dari lomba dapat aku gunakan buat kebutuhan sekolah dan rumah.

Pagi itu, sebelum berangkat sekolah aku telah menyediakan alat semirku terlebih dahulu kemudian aku titipkan di kantin dan tak lupa menyiapkan alat menggambarku, setelah itu akupun langsung pamit pergi dengan kakakku dan berlari – lari kecil itu kebiasaanku. SMP Negeri 5 Lubuklinggau tepatnya aku menimbah ilmu cukup jauh dari rumahku karena semua anak – anak mesat jaya bersekolah disini. Ah hari masih terlalu pagi, apa yang harus aku lakukan di pagi hari ini tanpa sengaja aku menemukan selembar kertas di dalam laci mejaku puisi ini tentang “aku” buah karya Chairil anwar, selain melukis aku juga gemar membaca dan menulis puisi aku juga salah satu pengagum karya – karya chairil anwar. Dia seorang sastrawan yang hebat aku mulai berpikir bisakah aku sehebat beliau walau tak sehebat beliau paling tidak aku cukup dikenal orang aku sudah bangga apalagi guru bahasaku yang setiap kali menceritakan karya – karya cerpen seperti, layar terkembang aku lupa buah karya siapa dan aku sangat tertarik dengan pelajaran bahasa Indonesia. Hiruk – pikuk suara temen – temenku yang memecahkah lamunanku membuatku tersentak dan kumasukan selembaran kertas itu kedalam tasku yang akan aku tempel pada dinding rumahku. mereka tanpak gembira entah apa yang mereka bicarakan sepertinya sangat menarik hingga diantara mereka ada yang tertawa terpingkal – pingkal itulah kebiasan mereka.

Fadel…. kenapa kok melamun, ”bersenang – senanglah bersama kami pasti beban hidupmu akan berkurang” bilang hendrik.

“Iya del”, entar cepet tua lho dan kalau sampe tua nggak akan ada perempuan yang mau mendekati kamu… timpal robi

“Iya” bisa jadi “bujang lapo1” dong ledek iqbal

Hahahaha…… mereka tertawa kembali

Aku hanya tersenyum – senyum aja melihat tingkah mereka yang memang asyik dan sangat humoris kalau kelas ini nggak ada mereka nggak kebayang sepinya…

Aku hanya menimpali, “lapok” sih nggak apa – apa asal banyak simpanannya, eitzzzz jangan ngeres dulu maksudku “simpenan amal buat mati, simpenan pacar buat jadi istri, dan simpenan kamu iqbal buat aku korbanin di lebaran idul ad’ha nanti”

Wah.. ternyata temen kita yang satu ini doyan juga canda ya… timpal robi

Siiiiiiiiiiippppppppppppppp…….. Iqbal mengacungkan jempolnya ini baru namanya bapak kesenian kita bapak Fadel Al-Rizqi.

heeiii…. kalian belum juga masuk apa nggak dengar bel sekeras nggak berbunyi pada kemana telinga kalian….? ibu surti guru kesenian memperingatkan kami untuk masuk kelas.

Brukkkk..kkk…. semuanya pada berlarian masuk kelas, emang dasar anak 91 ini terkenal bandel tapi otaknya encer semua. Semua ada di kelas 91, dari yang bandel sampe yang baik, dari yang bodoh sampe yang pinter dan dari yang diem sampe yang hobi ngerumpi nggak cowok nggak cewek semuanya doyan ngerumpi itulah kelas 91 pokoknya complate. Kumpulkan semua PR menggambar kalian kedepan ibu mau mengambil buat nilai harian kalian….!!! “Perintah bu’ surti kepada kami”

1. Bujang tua

Satu persatu semua mengumpulkan hasil gambaran masing – masing, aku langsung mengumpul ketika itu temen – temen pada sibuk mondar – mandir saling melihat hasil gambaran masing – masing ketika itu iqbal melihat hasil gambaranku ia memandangnya sangat dramatis hingga meneteskan air mata, aku tak tau apa yang membuatnya menangis wajah Indonesia yang mungil dan lucu itu seketika merah padam hingga ia permisi untuk keluar dari kelas. Aku cermati gambaranku apa ada yang salah dengan gambar ini…? langsung aku kumpulkan kedepan dan mengejar iqbal keluar, aku mencari ia ke toilet disanapun aku tak menemukan dia. Di sebuah pohon beringin yang rindang aku lihat ia sedang duduk melamun, ternyata dibalik wajah humorisnya ia menyimpan beban derita yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata – kata, akupun langsung menghampirin dirinya. Ada apa shobatku…? apa yang menyebabkan kamu menangis, jujur selama aku bertemen baru ini aku melihat temen yang sesedih ini? Apakah gambaranku telah menyinggung perasaanmu…?

“Nggak” del!!! gambar itu memang membuatku menangis, aku inget dengan ibukku yang sedang duduk dikursi roda dirumah “ibuku lumpuh del” katanya, semenjak di ceraikan Ayahku..!!! Sampai saat ini ibuku tak pernah menerima semua keadaan ini sedangkan aku tak bisa berbuat apa – apa. Ibuku pernah hampir mau bunuh diri del.

Iqbal kamu mau tau, yang didalam gambar itu adalah kakakku sendiri akupun tak sengaja untuk menggambarkannya. Kakakku juga lumpuh del, aku juga tak tau apa sebab atas kelumpuhannya.

Iyalah del, mungkin ini sudah garis yang maha kuasa yang telah ditakdirkan kepada kita. kita sebagai manusia normal haruslah selalu memberikan semangat buat mereka karena dengan begitu mereka akan termotivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik dan menerimanya dengan hati yang ikhlas. Setelah bercakap – cakap kamipun kembali kekelas.

Siang itu, siang yang membuatku senang bahkan membahagiakan, ibu surti mengikutsertakanku dalam ajang bergensi seni lukis yang berstandar Nasional bertemakan wanita di gedung kesenian kota Lubuklinggau besok adalah hari pelaksanaan perlombaan karena ibu surti baru menerima kabar dari kepala sekolah bahwa hari ini pendaftarannya ditutup jadi jam 08.00 aku harus ada di gedung kesenian. Niatku hanya satu aku harus menang menjadi sang juaranya itu juga harapan ibu surti terhadapku.

“Siulanku” sepanjang jalan bagaikan alunan musik yang mengiringin perjalananku dalam bekerja sebagai seorang “semir sepatu keliling” dari emperan toko ke toko lain, kulihat dari kejahuan seorang bapak – bapak sedang keluar dari “SM” (sebuah mini market yang sangat terkenal di kota lubuklinggau), kulihat ia sedang membawa sebuah kursi roda akupun langsung berlari – lari untuk sampai tepat dihadapannya tanpa menghiraukan sebuah semirku terjatuh masuk kedalam selokan siring yang sedikit terbuka di sebelah toko sepatu Sport,…

Uuuuuhhh…aku menghembuskan nafas dengan rileks dan tanpa rasa malu akupun langsung bertanya harga sebuah kursi roda yang sedang ia bawa menuju mobilnya.

berapa ya pak’ harga kursi roda ini?

15.000.000 dek, sepontan ia jawab… kenapa mau beli ya dek…?

“Nggak” pak… mahal banget harganya ya pak…. tanyaku lagi padanya

Ya begitulah dek, ada yang second kok, mungkin harganya ada yang Lima jutaan

oohh… gitu ya pak’ ya sudah sini saya bantuin masukin kedalam mobil, ya pak!!!

oh ya, trimakasih dek…

“wah” mahal banget apa bisa ya aku membelinya buat kakakku, ya semoga saja aku bisa membelinya. Lumayan hari ini banyak orang yang menyemirkan sepatunya denganku bahkan ada yang memberikan uang lebihnya padaku hingga aku bisa membeli makanan yang enak buat kakakku, sedang apa kakakku di sore ini? jadi aku ingin cepat pulang sampai dirumah. Melewati Gang Dempo ku lihat ada dua orang anak laki – laki yang sebaya dengan aku sedang bermain dorongan dari sebuah papan, sebuah papan yang dibuat segi empat persegi kemudian di bawahnya ada empat roda di setiap sudutnya, yang satunya naik diatas papan sedangkan yang satunya lagi menariknya dari depan. “cukup menarik”, kenapa aku tidak mempunyai pikiran seperti itu untuk membuatnya. Sepertinya mereka mau membeli es krim yang berada didepan mereka, kenapa aku tidak mengambil kesempatan ini untuk melihat dari dekat agar aku bisa memperhatikan benda itu dengan jelas. Tiba – tiba mereka berteriak….. “heeeiii”…. mau maling roda papan kami ya? Teriak mereka

enggak kok, aku Cuma mau lihat aja. Timpalku dan langsung meninggalkan mereka dengan ocehan dan sumpah serapah dari mereka.

Siang itu sengaja aku tidak pergi menyemir sepatu, aku ingin membuat roda papan buat kakakku, keringat mengucur deras didahi dan membasahi tubuhku, nggak berapa lama roda papan itu jadi, ku buat pengait pada papan itu supaya tali penarik roda itu bisa buka pasang.

Kakak….. kak irma coba kemari dulu, lihatlah apa yang sudah aku buat sekarang. Sepertinya ia mendengar kulihat ia mengesot – ngesot menuju ketempatku.

“Ada apa del…?” sepertinya kamu gembira banget ne.

Coba kakak cobain roda papan yang fadel buat kakak,

“Wow” del! Ini kamu yang buat dari mana kamu mendapat kepingan papan dan roda ini del.

Kakak pake aja nggak usah “protes” fadel mendapatkannya dengan halal di jamin 100% kulihat ia sangat gembira dengan roda papan buatanku ini, dengan benda ini bisa membantunya berjalan dengan ringan. “Kak, untuk sementara waktu ini kakak pake aja dulu benda ini andai fadel punya uang pasti fadel akan menggantikan dengan yang lebih baik lagi kok”

Ini aja udah cukup buat kakak kok, yang penting kamu Del’ jangan sampai putus sekolah ya… “Itu pasti kak” timpalku

Seperti biasa pagi itu kabut putih masih menghiasi sekolah kami, karena semalaman hujan turun membasahi bumi ini, rerumputan terlihat lebih hijau dan segar, embunpun yang ada didaun berkilauan seperti permata karena pacaran sinar mentari dari sela – sela pepohonan. Pagi yang menakjupkan. “Fadel… “ kamu di panggil sama bu’ surti dan kamu di tunggu diruangannya. Panggil Diana. kupalingkan pandanganku dari kaca jendela dan beranjak dari tempat dudukku. “Fadel – fadel pagi – pagi dah bengong” celetuk Diana, terhadapku tapi enggak kutanggapi Diana adalah salah satu murid yang paling pintar dikelas kami ia jago dalam pelajaran hitung – menghitung apalagi sympoa dan bahasa inggrisnya mahir banget, selain itu juga ia mempunyai wajah indo keterunan jerman – jawa dan fasilitas dirumahnya untuk belajar sangat menunjang jadi sangat wajar jika IQnya jauh diatasku yang hanya seorang tukang semir sepatu.

Masuk del, kamu hari ini dah siap untuk mengikuti lomba melukis semua peralatan dari sekolah kok Del. “Iya” saya siap bu’…. jawabku

“Kalau begitu kita pergi sekarang ya”, kata bu’ surti. Baru pertama kali aku berada dalam mobil yang semewa ini, dingin, harum dan nyaman. Ibu surti adalah seorang guru yang sangat digemari anak murid, tutur katanya lembut, cantik, pintar, kaya dan sholeh juga tapi mengapa ia belum juga mendapatkan pasangan hidup, ah anak ingusan sepertiku nggak pantes memikirkan hal seperti itu semoga aja bu’ surti cepat mendapatkan pasangan hidupnya.

Gedung Kesenian Lubuklinggau, tepatnya tempat aku akan berkompitisi dengan para pelukis antar sekolah, bu’ surti langsung memakirkan mobilnya dan turun langsung menutup pintunya sedangkan aku berada dibelakang, wah aku nggak bisa membuka pintu mobil ini, gimana caranya ne’ kudorong – dorong kok nggak kebuka.

Bu’ surtiiiii…..“teriakku” dari dalam mobil, “wah katrok banget kataku dalam hati”. bu’ surtipun menoleh kebelakang dan berlari kemobilnya langsung membuka pintu mobilnya… “maaf ya Del ibu nggak tau”. Untung kamu teriak kalau enggak pasti ibu mencarimu. “iya” nggak apa – apa kok bu’ lagian juga ini baru pertama fadel naik mobil semewa ini. Jawabku dengan polosnya. Bu surti hanya senyum – senyum melihat tingkahku.

Del, setelah perlombaan ini langsung pengumuman sang juara jadi kita disini sampe siang kira – kira jam dua-an pengumumannya. Dan inget batas waktu selesai melukis hanya setengah jam.

“Iya” bu’ jawabku dan dia langsung menyuruhkku naik keatas panggung ternyata disana semua peralatan melukis telah disediakan akupun tak lupa memasang nomer pesertaku, tanda siap melukis telah berbunyi semua peserta sibuk dengan kanfas melukisnya, ku ambil kanfasku dan akupun mulai melukis detik – detik jam dinding yang berda didalam ruangan ini mulai bermain dengan sebuah tangan yang hitam dan kurus ini, semua peserta di dalam ruangan ini adalah para juara lukis semua bahkan ada yang juara tingkat nasional. Seorang siswa dari sekolahan xaverius Palembang telah meneyelesaikan lukisannya suasana hening mulai terasa dan sampai waktu yang ditentukan telah selesai sebelum waktu selesai aku telah terlebih dahulu menyelesaikan lukisanku. Kini semua peserta kembali ketempat bangku yang telah disediakan panitia sambil menunggu pengumuman acara dilanjutkan dengan pemilihan model dengan menggunakan kebaya kartini yang acaranya dipandu oleh seorang MC yang cukup terkenal di lubuklinggau bahkan ia juga seorang Editor sekaligus seorang cerpenislah “Benny Arnas” sebuah nama yang sangat aku kagumi sosok yang supel, pinter dan pembawaannya yang selalu ceria hingga acara yang ia pandu sangat menarik dan menghilangkan rasa bosanku selama berada didalam ruangan ini.

Waktu yang dinantipun telah tiba, pengumuman para pemenang akan segera diumumkan sehingga semua para peserta masuk kedalam ruangan dan menempati tempat duduknya masing – masing. Karena pesertanya sedikit maka pengumuman sang juara langsung diumumkan.

“Selamat siang semuanya, kini saatnya saya akan memanggil sang juara – juara melukis antar pelajar dari SMP sampai SMU”, seorang pemandu acara yang belum aku kenal namanya tapi ia kemampuannya memandu acara ini sangat baik.

Baiklah juara pertama diraih oleh nomor urut 12 utusan dari SMU Negeri 1 Llg suara tepuk tangan begitu riuh, Ridho namannya yang seorang juara lukis tingkat nasional.

….. No urut 34 utusan dari SMP Negeri 5 Llg, itukah “aku” aku meraih juara dua aku tak percaya kulihat bu’ surti sangat senang dari 50 orang peserta aku meraih juara dua dan juara ketiganya diraih oleh MAN 1 Lubuklinggau. Dengan bangga aku menerima tropi dan bonus, “akan dipergunakan untuk apa uang ini dek?” Tanya walikota ketika ia menyerahkan sejumlah uang minimal 2 juta rupiah kepadaku. Eeemmmm… “kalau uang ini cukup aku ingin membeli kursi roda buat kakakku” jawabku dengan polos. Bapak walikotapun mengelus kepalaku dengan senyum dalam arti memberikan semangatnya buatku untuk terus berkarya dengan lukisanku.

Sore itu aku dikejutkan dengan sebuah mobil yang cukup mewah yang berhenti tepat didepan rumahku, hatiku mulai gelisah dan bertanya – tanya maksud datangnya mobil ini setahuku aku tak pernah punya temen semewah “siapa ya? Dalam hati aku bertanya – tanya” . kemudian ia membuka bagasi mobil, Astagfirullah bukankah itu sebuah kursi roda “ah” aku gak ngerti banget maksudnya. Seorang laki – laki yang mempunyai postur tubuh yang kekar, tinggi, putih “wah keren banget” (Macho) dengan seragam hitam – hitam “ah” ia menghampirin aku.

“Kamu fadel ya” tanyanya

“iya” jawabku sambil membersihkan kaleng semir sepatuku.

Ini kursi roda buat kamu dari bapak walikota, dia mebeli lukisanmu sebesar 10 juta, 1 buah kursi roda dan uang tabungan untuk biaya sekolahmu karena hasil surveinya kamu pantas mendapatkannya. Katanya to the point pada ku “mimpi apa aku semalem ya.

Apaka ini tidak berlebihan pak, kataku

Dia hanya senyum dan permisi pulang setelah ia menjelaskan semuanya padaku. Betapa bahagiannya aku, Allah memang maha penyayang do’aku dikabulkannya setelah sekian lama aku menantinya dan hampir putus asa. “sabar” itu kuncinya buatku ketika aku berada dalam kesulitan. Kini aku membayangkan kakakku duduk dikursi roda dengan senyum yang manis dari bibirnya yang mungil dan wajah imutnya. Ini nyata, ya’ ini memang benar nyata bukan hayalanku yang dulu.

Tinggalkan komentar